Selasa, 14 Februari 2012

PELOPOR CITA CITA MERDEKA Sarekat Islam atau Boedi Oetomo?

Oleh: waiman cakrabuana

Nomor wahid , sebagai penggagas pertama KEMERDEKAAN INDONESIA ­–pada awal abad 19-, dari penjajahan Belanda (kolonialis Eropa), adalah Syarekat Islam [1]. HOS Tjokroaminoto (Ketua SI) mencita-citakan negara yang merdeka (zelf Bestur) yang bersendikan kepada Agama Islam.
Dalam kongres-kongres Syarikat Islam nampak semangat dan jiwa merdeka yang sangat kental:
Pada tanggal 26 Januari 1913, diadakan Kongres I Sarekat Islam di Surabaya. Ribuan orang datang berbondong-bondong, jalan-jalan menuju Taman Kota di mana kongres diselenggarakan penuh sesak oleh orang.  Kongres tersebut dipimpin oleh Tjokroaminoto dan pada kongres itu beliau menyatakan bahwa Sarekat Islam bertujuan: 

“…Membangun kebangsaan, mencari hak-hak kemanusiaan yang memang sudah tercetak oleh Allah, menjunjung derajat yang masih rendah, memperbaiki nasib yang masih jelek dengan jalan mencari tambahan kekayaan" [2] 

Pernyataan Tjokroaminoto tersebut adalah bahasa lain daripada upaya untuk melepaskan diri dari PENJAJAHAN BELANDA yang menginjak KEBANGSAAN, memperkosa hak-hak KEMANUSIAAN, Merendahkan DERAJAT DAN MARTABAT BANGSA.
Pada Kongres nasional pertama SI di Bandung TJOKROAMINOTO menyatakan ideal hubungan Indonesia dengan Belanda sebagai berikut: 

“Tidaklah layak Hindia –Belanda diperintah oleh Holand, Zoals een landheer zijn percelen beheert (sebagai tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya). Tidaklah wajar untuk melihat Indonesia sebagai sapi perahan yang diberikan makanan hanya disebabkan oleh susunya. Tidaklah pada tempatnya untuk menganggap negeri ini sebagai suatu tempat di mana orang-orang datang dengan maksud mengambil hasilnya.  Keadaan yang sekarang yaitu negri kita diperintah oleh suatu Staten-General yang begitu jauh tempatnya nun di sana…dan pada saat ini tidaklah lagi dapat dipertanggung jawabkan bahwa penduduknya terutama penduduk pribumi, tidak mempunyai hak untuk berpartisipasi di dalam masalah-masalah politik, yang menyangkut nasibnya sendiri….Tidak bisa lagi terjadi bahwa seseorang mengeluarkan undang-undang dan peraturan untuk kita tanpa partisipasi kita, mengatur hidup kita tanpa kita”. [3]

Nampak jelas perjuangan SI untuk membangkitkan semangat KEMERDEKAAN, dan bangkit berdiri sendiri tanpa TERJAJAH BELANDA. Sekaligus bukti sebagai pelopor kesadaran politik bangsa Indonesia.
Dalam Kongres Nasional SI ke II yang diselenggarakan di Jakarta melahirkan Program asas dan program Tandzim. Keterangan Asas (Pokok) mengemukakan kepercayaan Centraal Sarekat Islam bahwa: 

“Agama Islam itu membuka rasa pikiran perihal persamaan derajat manusia…dan bahwasannya itulah sebaik-baiknya agama buat mendidik budi pekertinya rakyat…Partai juga memandang agama sebagai sebaik-baiknya daya upaya yang boleh dipergunakan agar jalannya budi akal masing-masing orang itu ada bersama-sama budi pekerti….dan memperjuangkan agar tambah pengaruhnya segala rakyat dan golongan rakyat…di atas jalannya pemerintahan dan kuasanya pemerintah yang perlu akhirnya akan boleh mendapat kasa pemerintah sendiri (Zelf bestuur). [4]

Semakin jelas perjuangan SI, pada kongres nasional kedua di Batavia ini adalah cita cita Zelf bestuur (pemerintahan sendiri) dengan mengambil dasar Islam, sebagai agama mayoritas bangsa indonesia. Lihat juga Program-Asas (Beginsel-program) dan Program-Pekerjaannya (Program van Actie) Syarikat Islam dalam Tafsir Asas dan Proghram Tandzim PSII
Maksud Pergerakan S.I

akan menjalankan Islam dengan seluas-luas dan sepenuh-penuhnya, supaya kita mendapat suatu Dunia Islam yang sejati dan bias menurut kehidupan Muslim yang sesungguh-sungguhnya [5]

Ini berbeda dengan Boedi Oetomo (1908) [6]. Boedi Oetomo yang dijadikan sebagai tonggak kebangkitan nasional semenjak di tetapkan oleh kabinet hatta pada tahun  1948. Sampai saat ini tanggal 20 Mei diperingati sebagai HARI KEBANGKITAN NASIONAL.

Kebangkitan nasional berarti Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan NASIONALISME serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaaN REPUBLIK INDONESIA [7] 

Boedi Oetomo Yng diyakini sebagai tonggak awal penggagas Kemerdekaan Indonesia yang pertama?, ternyata hanyalah ‘mitos imajinatif’ (meminjam istilah sejarawan taufiq Abdullah).

“kebangkitan nasional 20 Mei 1908, adalah rekaan mitologis yang imajinatif bagi peneguhan suatu bangsa."  [8]

Berarti, dalam kacamata Taufiq Abdullah, “Boedi Oetomo” tidaklah sama sekali memperjuangkan KEMERDEKAAN INDONESIA. Bahkan Asvi Marwan (peneliti LIPI), menyatakan bahwa Boedi Oetomo itu tidak bersifat nasionalitas dan tidak mengambil peranan politik (perlawanan politik terhadap kolonialis)

“Hanya meliputi Jawa dan Madura saja” katanya. Dalam buku yang ditulisnya, “Seabad Kontroversi Sejarah“ Asvi sendiri menulis bahwa Budi Utomo yang oleh banyak orang dipercaya sebagai simbol kebangkitan nasional, pada dasarnya merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan, dan jarang memainkan peran politik yang aktif. Padahal politik adalah pilar utama sebuah kebangkitaN  [9]

KH Firdaus AN memberikan penjelasan logical reasons, kenapa Boedi Oetomo tidak memperjuangan KEMERDEKAAN INDONESIA

Perkumpulan itu (BO) dipimpin oleh kaum Ambtenaar, yaitu para pegawai negeri yang setia kepada pemerintah kolonial Belanda. Pertama kali BU diketuai oleh Raden T Tirtokusumo, Bupati Karanganyaryang dipercaya Belanda. la memimpin BU sejaktahun 1908 sampai dengan tahun 1911. Kemudian dia digantikan oleh Pangeran Arjo Noto Dirojo dari istana Paku Alam, Yogyakarta. Sebagai orang Kraton yang diberi gaji oleh Belanda, maka ketua BU itu sangat patuh kepada induk semangnya. Dengan dipimpin oleh kaum bangsawan yang inggih selalu, tidak mungkin BU akan dapat melangkah maju untuk mengadakan aksi massa, berjuang guna mengubah nasib mereka yang mender ita di bawah telapak kaki penjajah Belanda. Dengan sifat kebangsawanan yang pasif dan setia kepada Belanda itu,juga membuat Budi Utomo terjauh dari rakyat. Dan sifat aristokratis yang negatif itu adalah merupakan sifat dan ciri khas BU sampai akhir hayatnya. [10]

Indikasi “DE ISLAMISASI SEJARAH” (penghilangan peran Ummat Islam dalam sejarah) adalah motif utama kata sejarawan Nasional dari Bandung (UNPAD); Ahmad Mansyur Suryanegara. Dan keputusan Kabinet Hatta menjadikan momentum Boedi Oetomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional adalah A-HISTORIS (tidak didukung fakta sejarah) [11]

Sejak awal, “KEMERDEKAAN” adalah program Ummat Islam Bangsa Indonesia yang dipelopori oleh Syarikat Islam.



[1]  Syarikat Islam (1912) adalah organisasi Islam pertama yang merupakan metamorfosa dari Syarikat Dagang Islam (1905) yang didirikan oleh H Samanhudi
[2] DR Deliar Noor, “UTUSAN HINDIA”, 7 Maret 1912;, hal 126

[3]  Ibid hal 126
[4]  Ibid, hal 127
[5]  Tafsir Program-Asas P.S.I.I , hal 3 dan 4
[6]  Budi Utomo adalah sebuah nama organisasi pemuda indonesia yang di didirikan pada masa pergerakan nasional. Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA. Didirikan oleh Soetomo ketika beliau menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" lah yang harus memimpin ( Boedi Oetomo), sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor penggerak yang akan menggerakkan organisasi itu.

[7]  http://id.wikipedia.org/wiki/Kebangkitan_Nasional_Indonesia
[8]  http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/20/menjejak-ulang-sejarah-kebangkitan-bangsa/
[9]  http://www.muslimdaily.net/jurnalis/7609/kontroversi-kebangkitan-nasional
[10]  KH Firdaus AN, DOSA-DOSA POLlTIK Orde Lama dan Orde Baru Yang Tidak Boleh Berulang Lagi di Era Reformasi, Pustaka Al-Kautsar- Jakarta Timur, cet kedua, juni 1999, hlm. 88
[11]  Ahmad Mansur Suryanegara, “API SEJARAH 1”, PT Salamadani Pustaka Semesta- Bandung, Cet ke II th 2009,  hlm 337 – 372.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar